Minggu, 17 Agustus 2014

Ijinkan aku



Fajar mulai menyapa dengan kehangatan sinarnya. Saya terbangun dari sujud dan dari panjatan doa yang setiap hari saya lantunkan kepadaNya. Hari ini adalah hari istimewa bagiku dan dia. Entah mengapa hati ini terasa bahagia yang tak terkendali. Apa yang akan terjadi hari ini memang sudah direncanakan jauh hari. Aku hanya bisa membiarkan rasa dan bahagia ini mengalir saja.
Saat itu datang. Dia datang dengan adik dan saudaranya ke rumah dengan membawa beberapa batik tulis dan oleh-oleh yang akan diserahkan. Kami saling bersalaman dan lalu berbincang untuk beberapa saat. Lanjutlah ke topic utama tujuan hari ini ada. Dia mengutarakan maksud dan tujuan datang ke rumah, dan mengungkapkan isi hati kepada kedua orang tuaku tentang keseriusannya dan menyatakan keinginannya untuk meminangku. Kedua orang tuanya pun meminta kepada kedua orang tuaku juga untuk memintaku menjadi menantu mereka. Kami membicarakan masa depan yang akan kita hadapi dan jalani. Kedua orang tua kami memberikan nasihat kepada kami bagaimana menjalin hubungan yang baik dan beberapa petuah untuk kelancaran rencana kami ke depan. Di akhir perbincangan serius ini kami akhiri dengan beberapa candaan satu sama lain dan makan malam.
Kata orang bahagia itu sederhana. Aku rasa perkataan itu ada benarnya. Aku bahagia karena telah menemukan orang yang akan dan selalu menuntunku kepada masa depan. Orang yang menyayangiku dan mencintaiku seumur hidupnya dan ingin hidup bersama hingga akhir hayatnya bersamaku.

“Bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, yang datang pertama atau paling perhatian. Tetapi tentang siapa yang datang dan tidak pergi karena saling mencintai. –sederhana-“

Terimakasih mencintaiku hingga saat ini. Ijinkan aku memanggilmu calon suamiku.